90 Menit Pulang dan Pergi – Pantai Nampu
Pagi itu, aku dan keluarga ku sedang berada di kediaman mbah ku.
Itulah dusun Kranggan, Wonogiri, Jawa Tengah. Aku sangat ingin memfoto
sebuah pantai yang dulu aku pernah mengunjunginya. Namun, keluargaku
hendak pulang ke Jakarta pagi itu juga. Pukul 10, kita sudah harus
bersiap-siap merapikan barang bawaan. Seluruh keluargaku sedang pergi
keluar menggunakan mobil dan sebagian lagi pergi menggunakan motor.
Tidak ada satupun kendaraan yang tersisa untuk aku pergi ke pantai yang
aku sangat merindukannya. Aku hanya bisa menunggu dan berharap mereka
yang pergi pulang lebih cepat agar aku bisa pergi ke pantai. Tepat pukul
8.30, sepeda motor yang digunakan oleh keluargaku yang lain datang dan
aku bergegas meminjamnya dan berangkat dengan topi copet yang ku harap
dapat melindungiku dari panas.
Perjalanan ke pantai itu tahun lalu ku tempuh dengan waktu satu jam
sedangkan, aku hanya memiliki waktu satu setengah jam untuk pergi dan
pulang sampai kembali di rumah. Aku paksakan keadaan demi memenuhi
keinginanku melihat kebesaran ciptaan Tuhan yang satu itu. Apa boleh
buat, aku harus mengendarai sepeda motorku dengan kecepatan 80 km per
jam untuk bisa kembali sampai di rumah pukul 10.00. Medan yang ku lalui
sangat berliku-liku dan banyak kerikil serta lubang-lubang jalan yang
tidak memungkinkanku untuk mencapai kecepatan itu. Orang-orang di
pinggir jalan ku lirik sibuk melihat aku yang mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan tinggi di medan yang tidak bagus itu. Seorang bocah
yang sedang dibonceng di sepeda motor di depanku memberikan senyum
sebelum aku mendahului sepeda motornya. Aku pun kembali memberikan
senyuman dan…
Chchchchchciiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt… sepeda motorku
bergoyang-goyang mengeluarkan suara gesekan karet ban dengan aspal yang
membuat aku kehilangan keseimbangan. Di sebelah kananku jurang dan di
sebelah kiriku bukit. Hamper-hampir saja aku terlempar ke jurang, andai
tidak ada keajaiban yang mengembalikan kembali keseimbangan sepeda
motorku. Alhamdulillah, aku hanya menghantam dua lubang besar dan aku
tidak terjatuh.
Pukul 9.00, aku belum juga sampai di pantai itu, aku berharap jam
yang ku pakai lebih cepat dari waktu sebenarnya. Aku lanjutkan
perjalanan dengan kecepatan lebih rendah dari sebelumya akibat jalan
yang penuh dengan kerikil dan sangat membahayakan itu. Aku sempat
bertanya-tanya pada diriku “apakah aku berada pada jalan yang benar?”
aku hanya bisa berdoa, Ya Allah mudahkanlah. Pukul 9.15, ada sekelompok
di sebuah pos di pinggir jalan dan 2 orang di tengah ja;an itu menutup
jalan dengan portal. “Ah, ternyata ini adalah administrasi untuk masuk
pantai Nampu”. “Alhamdulillah, akhirnya aku sampai juga.” Biaya
administrasi di pantai itu hanya Rp 2.000,00 tanpa ada pungutan biaya
lain.
Sesampainya di pantai. “Ya Allah, aku harus pulang, perjalananku
ternyata memakan waltu 45 menit.” Bergegas aku keluarkan kamera yang ku
pinjam dari saudaraku dan memotret sebisaku. Ckrek.. “Ah, blur”
pengaturan kameranya ternyata tidak untuk memfoto landscape dan aku
harus menyetel ulang pengaturan kamera itu. Dengan waktu yang sudah
tidak ada sisa bagiku untuk berdiam disana tidak mungkin aku mengatur
kamera itu. Pengaturan full auto akhirnya ku pilih untuk memfoto pantai
itu. Sayang, aku tidak ada waktu untuk menginjak pasir pantai itu,
sehingga aku hanya bisa menikmati pantai dari atas perbukitan di sana
padahal, aku sangat ingin menginjakkan kakiku ke atas batu karang yang
menghipnotis mata kaki dan pengelihatan itu. Sungguh indah ombak-ombak
berlomba menyambut kedatanganku, “ah, ternyata tidak, ombak memang
begitu sifatnya, ada aku ataupun tidak, air itu tetap berombak
bergelombang tinggi mengindahkan suasana laut dan hati para
pengunjungnya.”
Pantai Nampu, pantai ini berada di belakang perbukitan, berbeda
dengan pantai-pantai biasanya, udara disana sangat sejuk. terik matahari
pun tidak terlalu menyengat karena suasana pepohonan yang mengelilingi
pantai itu. Begitulah kira-kira apa yang aku merasakannya dengan waktu
yang sangat sempit.
Pukul 9.30, “Huaaaaaaa,, aku harus bergegas pulang.” Ku gas sepeda
motor itu dan akhirnya aku bisa sampai di kediaman mbahku pada pukul 10,
lewat 15 menit, “hahaaa.” Untung saja saat ku datang keluargaku masih
sibuk merapikan barang bawaan, sehingga aku tidak mendapat teguran
akibat keterlambatan 15 menit dari janji waktu yang diberikan.
NB: Foto-foto di atas telah diedit namun, penampilan pantai sesungguhnya adalah jauh lebih indah dari yang ditampilkan di atas
Komentar
Posting Komentar