Malu kepada Tuhan atau malu kapada manusia?

Suatu ketika aku dan si fulan temanku hendak melaksanakan shalat dzuhur di masjid. ketika itu temanku masuk masjid lebih dulu, dan ketika aku masuk masjid, aku melihat si fulan temanku sedang shalat menjadi makmum, aku melihat dalam sujud dan ruku’nya ia memperlihatkan sedikit aurat belakangnya, dikarenakan oleh kemejanya yang sudah sempit. Kebetulan ia adalah makmum yang berdiri paling pinggir , akupun berdiri tepat disampingnya untuk melakukan shalat, dan tanpa ada maksud untuk mengganggu shalatnya, tidak lupa aku menegurnya halus “man, aurat belakang lu kelihatan tuh” , namun tegur halusku tersebut tidak mendapat tanggapan darinya dan ia pun melanjutkan shalatnya. Tidak mendapat tanggapan darinya aku tidak berhenti sampai disana,aku melihat almamater si fulan sedang terlipat lesu di depan kami, lantas aku berkata untuk kedua kalinya “man, mendingan lu batalin shalat lu, trus shalat lagi pake almamater itu.” Kembali aku tidak mendapat respon positif darinya, ia tetap membiarkan dirinya menghadap Tuhan dengan aurat yang terlihat.

Kemudiian, Akupun segera ikut bergabung menjadi makmum dan tidak ambil pusing dengan keputusannya melanjutkan shalat itu. Setelah selesai ia mengucapkan salam, dan akupun menyusul dengan salamku yang terselang dua rakaat darinya. Selesai aku dan ucapkan do’a kepada Gusti Allah SWT, dengan bisikan suara di telinganya, aku lepaskan sebuah kalimat kecil “Lu malu sama Tuhan apa malu sama orang???” kembali aku tidak mendapat jawaban. Setelah ia selesai mengucapkan do’a, aku mengajaknya kembali ke tempat acara, namun “lu duluan aja, gw mau shalat dulu!” tolaknya dengan wajah sedikit murung. Akupun membalasnya dengan senyum. Dan ia kembali shalat dengan almamater lesu itu.

Di depan masjid aku menunggu keselesaiannya menghadap Gusti Allah. Si fulan pun keluar dengan sedikit senyuman kepada ku. Dengan sedikit canda aku bertanya “kenapa lu ga ngulang shalat waktu pertama gw kasih tau???”, ia menjawab dengan serius “tadi niatnya gw mau ngulang shalat di tempat lain karena gw malu, tapi gajadi”. Kemudian dijelaskannya dengan singkat bahwa kalimat Malu sama Tuhan apa malu sama orang? Membuatnya luluh.

Aku pun mencoba memikirkan ucapan ku itu, dan terjawab dalam pikirannku, kalimat Malu kepada Tuhan atau Malu kepada orang? Merupakan suatu pilihan. Pilihan Malu kepada Tuhan berarti kita harus mengakui kesalahan kita dengan tegas, dan mengalahkan rasa malu kita di depan orang-orang. Dan pilihan Malu kepada manusia berarti kita merelakan kesalahan kita tertulis dalam daftar hitam milik Sang Pencipta dan memilih untuk lebih mulia di hadapan umat manusia di banding di hadapan Tuhan.

Malu kepada Tuhan = Mulia di hadapan Tuhan

Malu kepada Manusia tetapi tidak malu kepada Tuhan = Hanya mulia di hadapan manusia dan Hina di hadapan Tuhan

Pada intinya sekecil apapun keputusan dan perbuatan manusia di dunia ini dapat mencerminkan begitu besar makna dalam kehidupannya.

Copyrighted by Annas@2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Prosedur Pembuatan SIM C

Aku hanya Ingin Bersandar di Ka’bah, 5 Detik Saja (Kenapa Aku Senang Candai Malaikat)

Bianca: Antara Kemenangan dan Keikhlasan