Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2009

Cerita Tentang Prosedur Pembuatan SIM C

Ketika teman saya sedang membuat SIM di sebuah polres metro yang berada di persimpangan jalan, seorang polisi yang mengatakan bahwa “prosedur di Indonesia memang rumit, sehingga masyarakat lebih memilih jalan pintas. Lanjutnya dengan alis yang merapat “sebenarnya saya bingung harus melayani masyarakat dengan bagaimana! pilih masyarakat atau peraturan??? tapi tak apa lah saya pilih masyarakat, toh saya juga kedapatan untung.” Kini biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat SIM C naik menjadi kurang lebihnya Rp 350.000,00 jika melalui jalan pintas (Rp 75.000,00 jika mengikuti prosedur yang benar)… katanya sich harganya naik karena sekarang dipotong untuk orang KPK, tapi saya kurang tahu juga si…caranya memang cukup singkat jika dibandingkan dengan cara yang sesuai pada prosedurnya, yaitu cukup mengikuti tes sebagai formalitas, lalu penguji mengatakan “kamu minggu depan balik lagi ya” sebuah pernyataan bahwa si peserta itu tidak lulus, padahal setelah itu peserta tes langsung mengi

Perjalanan Ke Desa Ciseeng

18 Juli 2008 sekitar pukul 14.00 saya bersama ketiga anggota PK IMM FKIP yaitu Hafezh, Teguh dan Selmi pergi ke Ciseeng, Parung untuk mensurvei tempat penginapan yang struktur yayasan untuk acara TMO (Technik Management of Organization) universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus melakukan Bakti Sosial dengan masyarakat sekitar yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2008. hari itu adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Betapa tidak, Bung Teguh yang mengetahui tempat mulia itu tidak mengetahui jalan singkat yang harus ditempuh sehingga kami harus bertanya-tanya kepada orang-orang yang sibuk berbincang sambil menatap ke tengah ruas jalan yang rusak dan tak kunjung membaik. Sekitar pukul 15.00 WIB kami mendarat di penginapan tersebut. Disana aku tak kuasa menahan haru kehidupan desa yang indah. Kehidupan disana sangat rukun, tentram, dan warga disana sama sekali tak menunjukan kesombongannya kepada kami. bahkan sang penjaga penginapan sejuk tersebut memperlakuka

Worst Concert In My Life

Gambar
Sebuah dialog singkat dengan orang tua yang sedang duduk dan meminum kopi serta berbincang dengan temannya, ku Tanya kepada bapak itu, “maaf Pak, apakah ada Musholah di gedung ini?” bapak itu terheran menatapku dari atas sampai kebawah dengan rambut acak-acakan berlabel emotion dengan kalung yang melingkar indah dileherku serta 2 buah gelang traditional dan spokat luguku. Kemudian ia menjawab “ada” kemudian ia terdiam lagi, ternyata ia terheran melihat orang sepertiku melakukan ibadah sholat sebelum ku berteriak-teriak diatas panggung. Do’a yang ku ucapkan ketika sholat itu “Ya Allah, Semoga kami mendapat Respon yang baik dari para penonton.” Ternyata do’a kecil itu terkabul namun hanya beberapa detik ketika aku bernyanyi. Syair pertama yang ku lontarkan hangatnya penghayatan dengan mata terpejam: “You still keep arrest your pain, you have finished your tears with the thorny crown on your head” di sambut sendunya tepuk tangan salut dari audience. cukup pantas ku kira, namun… S

CITA-CITA KITA SALAH

Cita-cita adalah keinginan atau harapan setiap individu tentang gambaran halusinasi yang eksistensinya berada dimasa yang akan datang. Setiap manusia memiliki cita-cita, dan pastinya mereka mengharapkan agar cita-citanya menjadi kenyataan, untuk meraih cita-citanya mereka akan bekerja keras, berdo'a, berikhtiar, dan lain sebagainya. Jika manusia telah berhasil meraih cita-citanya atau cita-cita telah terkabulkan, maka yang akan dikatakannya adalah "Alhamdulillah", "Terima Kasih Tuhan", "Nasib gue mang bagus" atau ia akan melupakan Tuhannya, Naudzubillah. Namun sebaliknya, jika gagal, manusia akan sampai kepada titik jenuhnya, yaitu titik klimaks dari usaha mereka dalam meraih mimpinya. Dan setelah itu siapa yang akan kita salahkan? Tuhankah? atau kita sendiri? jika kita menyalahkan Tuhan berarti kita mendustai eksistensi-Nya sebagai sang pencipta dan pemutar segala kehidupan yang ada dimuka bumi ini, dengan kata lain berarti telah menyalahkan takd

Terapi Jiwa

Ketika kecil kita patuh terhadap orang tua! Ketika kecil kita sering menyanyikan lagu Indonesia Raya! Ketika kecil kita malu jika tidak mengerjakan PR! Ketika kecil kita senang ikut serta memeriahkan HUT RI! Ketika kecil kita bertepuk tangan jika melihat teman kita memenangkan lomba! Ketika kecil kita takut bila bertemu dengan preman! Ketika kecil kita marah jika ada yang menghina kita! Ketika kecil kita masih mau belajar dan membaca buku! Tetapi,,, Kenapa saat dewasa kita menjadi berani melawan orang tua dan guru? Kenapa saat dewasa kita jarang mengerjakan PR? Kenapa saat dewasa kita menjadi bangga terhadap yang memalukan? Kenapa saat dewasa kita menjadi pemalas? Kenapa saat dewasa kita berhenti menyanyikan lagu Indonesia Raya? Kenapa saat dewasa kita berhenti mencintai negeri ini? Kenapa saat dewasa kita hanya memikirkan diri kita sendiri? Apa karena kita berada pada fase negatif sehingga kita boleh melakukan hal-hal yang negatif? Apa hanya karena rasa ingin tahu?

Indonesia Itu Baik

Jika kita kembali melihat mundur kebelakang sejarah negeri ini pada abad ke 4 M – 16 bagaimana agama dan budaya-budaya Hindu-Budha dapat menyebar luas di Indonesia dan bagaimana masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke 11 adalah karena karakter masyarakat Indonesia yang terkenal sangat ramah-tamah, bagaimana ketika itu Indonesia menjadi tempat perdagangan yang banyak dikunjungi olehpara bangsawan-bangsawan asing. Bila dipikir secara logic, maukah mereka datang berkunjung dan berdagang ke negeri ini bila rakyatnya tak mau bertegur sapa apabila tak mengenal, tak mau menolong apabila tak berbudi, tak mau memberi apabila tak berimbas? Tentunya tidak!!! Setelah saya pikir-pikir ternyata terlalu jauh bila kita kembali pada abad-abad itu. kita bisa lihat betapa “ramah-tamah” adalah suatu karakter yang sudah sangat melekat di negeri ini. Pernahkah anda rasakan keramah-tamahan masyarakat desa yang berada di ujung kota terpencil? Bila kita bandingkan dengan masyarakat k

Malu kepada Tuhan atau malu kapada manusia?

Suatu ketika aku dan si fulan temanku hendak melaksanakan shalat dzuhur di masjid. ketika itu temanku masuk masjid lebih dulu, dan ketika aku masuk masjid, aku melihat si fulan temanku sedang shalat menjadi makmum, aku melihat dalam sujud dan ruku’nya ia memperlihatkan sedikit aurat belakangnya, dikarenakan oleh kemejanya yang sudah sempit. Kebetulan ia adalah makmum yang berdiri paling pinggir , akupun berdiri tepat disampingnya untuk melakukan shalat, dan tanpa ada maksud untuk mengganggu shalatnya, tidak lupa aku menegurnya halus “man, aurat belakang lu kelihatan tuh” , namun tegur halusku tersebut tidak mendapat tanggapan darinya dan ia pun melanjutkan shalatnya. Tidak mendapat tanggapan darinya aku tidak berhenti sampai disana,aku melihat almamater si fulan sedang terlipat lesu di depan kami, lantas aku berkata untuk kedua kalinya “man, mendingan lu batalin shalat lu, trus shalat lagi pake almamater itu.” Kembali aku tidak mendapat respon positif darinya, ia tetap membiarkan dirin