Worst Concert In My Life

Sebuah dialog singkat dengan orang tua yang sedang duduk dan meminum kopi serta berbincang dengan temannya, ku Tanya kepada bapak itu, “maaf Pak, apakah ada Musholah di gedung ini?” bapak itu terheran menatapku dari atas sampai kebawah dengan rambut acak-acakan berlabel emotion dengan kalung yang melingkar indah dileherku serta 2 buah gelang traditional dan spokat luguku. Kemudian ia menjawab “ada” kemudian ia terdiam lagi, ternyata ia terheran melihat orang sepertiku melakukan ibadah sholat sebelum ku berteriak-teriak diatas panggung. Do’a yang ku ucapkan ketika sholat itu “Ya Allah, Semoga kami mendapat Respon yang baik dari para penonton.” Ternyata do’a kecil itu terkabul namun hanya beberapa detik ketika aku
bernyanyi.

4_prayer


Syair pertama yang ku lontarkan hangatnya penghayatan dengan mata terpejam: “You still keep arrest your pain, you have finished your tears with the thorny crown on your head” di sambut sendunya tepuk tangan salut dari audience. cukup pantas ku kira, namun…

Seumur hidupku, baru sekali itu lagu yang ku bawakan terdengar sangat bising. Berawal dari kaburnya alunan suara keyboard dari chordnya, kemudian menuju pada tewasnya jeritan Bass, dan selanjutnya kehancuran itu disempurnakan dengan putusnya kabel microfon tua tanpa harap ditangan vocalis, disertai dengan jatuh pingsannya simbal karena dipukul sejak siang hari, semakin kokohlah bukit kehancuran itu saat tiang microfon yang berdiri tegak jatuh menimpa dan mematikan tanganku yang sedang menari memainkan melodi REVENGE. Bukit itu pun meletus dan menjadi bahan omongan
setiap yang melihatnya ketika sang vocalis terjatuh dan bercerita dalam lagu
sembari tidur bak cacing yang sedang kepanasan.

Cuma satu kata yang terlintas “ANJING” saat fase kehancuran pola pikir ku yang selalu berkata “Tuhan, Mengapa Kau Tidak Berpihak Padaku???” Tuhan hanya menjawab dengan tiupan angin yang tebarkan aroma MIASMA. Dan semua berkata “ini BUTA… dari semua keharusan.” SETAN tertarik pada musikku nan cadas. “TAEK” kata yang ku lempar kedepan orang yang lincah berlari seperti tak sadarkan awak!!! Sebuah semangat tercela, sungguh tak lebih patut dibanggakan dibandingkan “GEN ERIODAN”. Orang-orang
dibelakangku berbisik “jangan layani emosimu!!!” namun apa dayaku seolah tak bisa ku lawan batu emosi yang menggumpal dalam pikiran hina ini. Lagu yang sangat indah kudengarkan biasanya, kumainkan dengan hayat, ternyata hancur didepan cemoohan orang, sindiran kalimat yang ku ingat ketika ku sedang membasuh keringat dibelakang panggung adalah “ini hanya acara kemerdekaan dan bukan festival”. Sebuah kalimat yang menabrak halus hati ku, dan hatiku menjawab “Loe Tolol, ga tau musik!!!”

Seturunnya dari panggung sial itu, mata demi mata mistis menatap tepat menuju mata merahku seakan menyuruhku untuk lekas tinggalkan tempat meriah itu. berjalan menuju parkiran untuk pulang, semua personil, crew dan temanku kembali menjadi pusat perhatian penonton yang sedang duduk nikmat menghisap hembuskan asap rokok yang juga mistis bagiku.
Sebuah fenomena yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.

23 Agustus 2008, Jl. Musyawarah,
Kampung Jawa, (Cilandak).

Annas…2008!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Prosedur Pembuatan SIM C

Aku hanya Ingin Bersandar di Ka’bah, 5 Detik Saja (Kenapa Aku Senang Candai Malaikat)

Bianca: Antara Kemenangan dan Keikhlasan