Filsafat Humanisme Ketuhanan

by:Annas Surdyanto

Suatu ketika ku terpana pada kehidupan yang menurutku lebih banyak menciptakan dosa ketimbang menghasilkan pahala. Kehidupan selalu ku pandang lebih berlumur hujatan ketimbang pujian. Dan terlintas olehku awal cerita dari kehidupan ini, ketika Nabi Adam & Hawa diusir Allah dari Surga-Nya. Hukuman itu ia dapatkan karena ia melakukan kesalahan (dosa) dengan memakan buah Kuldi.

“Pahala kalah tua dengan yang namanya dosa”, mungkin itulah yang menyebabkan manusia lebih memilih menentang perbedaan ketimbang menghargai perbedaan tersebut, mungkin itu pula yang membuat manusia lebih bangga menghujat ketimbang memuji, dan mungkin itu pula yang membuat manusia lebih memilih bertengkar berbanding bersalaman. Mungkin itu pula salah satu alasan mengapa "sabar" sering kali kalah dengan yang namanya "amarah". Bukan tidak mungkin itu adalah sejarah yang membuat manusia lebih memilih/berbangga/bernikmat dengan dosa ketimbang dengan pahala,

Masih ingat cerita seseorang yang telah membunuh 99 orang namun ia mati ketika melangkah menuju tobatnya, dan sang malaikat memutuskan bahwa ia mati dijalan Allah. Masih ingat kah cerita seorang ustadz yang hamper tak pernah berbuat dosa dalam hidupnya. Namun ketika menjelang kematiannya, selesai sholat subuh ia adalah orang terakhir yang keluar dari masjid. Ketika itu Ia kehilangan sendalnya, dan disana tersisa 1 sendal yang ia piker adalah sandal yang tertukar dengan sendalnya, dan ia memutuskan untuk memakai sandal itu. Tidak lama setelah itu kematian datang menjemputnya. Dan ia tersiksa dalam kuburnya hanya karena peristiwa kecil itu.

“Pahala dan Dosa bersifat tidak kekal” itu berarti yang menentukan selamat atau tidaknya manusia adalah nilai Tuhan diakhir hidup manusia. Sedangkan tidak satupun manusia yang tahu kapan dan dimana hidupnya akan berakhir. mungkin itulah pula wacana yang membuat manusia lebih memilih menikmati dunia ketimbang berbekal untuk perjalanan berikutnya. Bukan tidak mungkin hidup manusia dunia ini bersifat spekulasi, manusia berfikir jika mati dalam keadaan baik di mata Tuhan maka berarti Tuhan menakdirkan ia untuk menjadi baik atau orang yang berbekal. Namun sebaliknya, ketika mati dalam keadaan kurang baik di mata Tuhan maka manusia berfikir Tuhanlah yang menakdirkan ia untuk menjadi yang kurang baik.



copyright@Annas2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Prosedur Pembuatan SIM C

Aku hanya Ingin Bersandar di Ka’bah, 5 Detik Saja (Kenapa Aku Senang Candai Malaikat)

Bianca: Antara Kemenangan dan Keikhlasan