Jangan Adzan dulu!

Ini adalah sebuah pagi yang aku dipaksa untuk menuliskan kata-kata ini oleh hatiku.
Sok serius banget ya, hahaa

Hari ini adalah hari senin, hari yang agak menjengkelkan. Ya, hari senin adalah hari dimana aku harus berangkat ke sekolah lebih awal karena tugas piket. Setiap hari minggu malam, rutinitasku adalah bermain futsal. Hmmm,, keinginanku melakukan puasa senin kamis teruji sangat keras disini. Setelah bermain futsal, tentu aku membutuhkan istirahat dan ingin tidur lebih awal tapi, aku harus menyiapkan makanan untuk saur terlebih dahulu baru tidur. Selanjutnya, aku harus bangun lebih awal untuk saur. Ba’da subuh, aku tidur lagi sejenak. Rasanya nikmat sekali jika hari senin adalah hari bebas. Hmmm.

Namun senin ini, kacau. Yang ku tahu waktu imsak pagi ini jatuh pada pukul 4.28 dan adzan pukul 4.38. Alarm handphoneku yang berbunyi sorakan keras Milanisti “Milaaanosiaaamoonooooiii” telah bordering lebih dari 2 kali. Dan pada dering yang kesekiankalinya, aku pun terbangun. Ketika mata terbuka, ku coba meraba-raba dan mencari handphoneku dan ternyata si perantara aku dengan dia alias handphone yang sudah ku letakkan tepat di samping telingaku tak ada disana. Hmmm, rupanya ia berpindah tempat ke sebelah telinga jemari kakiku dan ku seret dia dengan kakiku untuk kemudian ku genggam. Ada pilihan di layar handphone, postpone dan dismiss dan ku pilih “dismiss” pada handphone yang masih berdering itu karena nada alarm itu sangat bising. Dan setelah ku selesai ku pilih “dismiss”, kemudian mulai terlihatlah tampilan waktu yang membuatku terkejut. What the haa, it was 4.36. Gimana mau saur?

Kacau, Ya, senin kali ini aku bangun terlalu siang. Kemudian aku bergegas berdiri, ku ambil tempat minumku, berlari keluar kamar, turun ke lantai bawah dengan tatapan yang langsung mengarah pada meja makan, ku buka penutup makanan dan Alhamdulillah aku bisa langsung makan makanan yang sudah ku beli dengan ibuku semalam. Tanpa piker panjang ku coba manfaatkan 2 menit waktu yang tersisa, ku sendok 2 centong nasi dank u tuangkan ke piring. Dan ku santap ia dengan pecel ayam yang ku rasakan sangat nikmat di pagi itu. Suara-suara sholawat dan nyanyian-nyanyian Islam dari masjid dan mushola di sekitar rumahku telah ramai mengurung telingaku. Saat aku baru menelan 3 suap nasi, mushola terdekat dengan suara terdekat menghentikan suaranya, dalam hatiku “tolong jangan adzan dulu”. Dan ternyata ia pun menunggu kumandang adzan dari masjid dan mushola lain, mungkin karena mushola itu tidak yakin dengan ketepatan jam dinding disana.aku teruskan menyantap makanan lezatku, hmm. Sedikit tenang karena mushola itu melanjutkan lagi gemaan-gemaan suaranya. Baru 4 detik aku melanjutkan makan dengan tergesa-gesa, datang suara samar-samar yang seperti suara adzan dari masjid yang jauh dari rumahku. Do’aku masih sama “semoga itu bukan suara adzan.” Suara itu semakin terdengar jelas karena suara mushola dan masjid lainnya mulai berhenti. Ah, ternyata suara adzan. Dan dalam hati “mushola terdekat belum adzan dan masjid disini juga belum” makan? Lanjoooouuuut… ku lanjutkan makan dan “ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR”. Aku masih ingin makaaaaannnn :( … terpaksa ku telan apa yang ada di mulutku dan bergegas minum.

Hmmm, nasiku masih setengah lagi….

Source: annas13.wordpress.com/2013/06/17/jangan-adzan-dulu/
By Annas Surdyanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Prosedur Pembuatan SIM C

Aku hanya Ingin Bersandar di Ka’bah, 5 Detik Saja (Kenapa Aku Senang Candai Malaikat)

Bianca: Antara Kemenangan dan Keikhlasan