Langkah Setengah Jiwa

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Lama sudah aku tidak menulis. Mungkin telah jauh kini teman pembaca yang dahulu pernah menanyakan “kapan ada tulisan lagi?”, atau pembaca yang dahulu pernah berkomentar “tulisan apa nih, aneh-aneh aja!” Mungkin mereka semua telah sibuk dengan dunia yang lain, atau mungkin berpindah ke media sosial lain seperti path, instagram, atau mungkin friendster. Eh...
Entah apa aku ini, sangat tidak tegak dalam berdiri pada jalan yang kutempuh sendiri, sebentar belok ke kiri, sebentar belok ke kanan. Tak tahu arah diri ini kemana seharusnya langkah kaki berada dan melangkah, hingga akhirnya waktu milik Tuhan yang ternyata menjawab apa sebenarnya diri ini.
Aku hendak ceritakan sedikit dilema yang ada hingga aku tersesat kesana dan kesini sebab terlena pada kecintaan pada setiap hal yang aku lihat menarik. Aku suka menulis, bermain musik, bernyanyi, sound engineering, recording, dan aku juga senang mempelajari ilmu komputer, tapi aku juga tak ingin lemah dalam hal olahraga dan akademik, dan lebih jauh lagi aku suka mempelajari filsafat dan juga yang lainnya walaupun tidak begitu dalam aku menguasai semua potensi itu.
Sebelum aku lanjutkan, perlu diketahui bahwa tidak ada maksud untuk menebarkan kesombongan dengan dituliskannya macam-macam potensi tersebut. Aku hanya hendak ceritakan betapa manusia harus cerdas dalam menginvestasikan potensi yang ada pada dirinya. Mungkin tampak menarik bila seseorang memiliki banyak potensi dalam dirinya, tapi jangan lupakan bahwa setiap potensi perlu dikembangkan dan tidak akan itu berkembang baik apabila hanya dijalankan dengan setengah jiwa.
Apalah lagi “setengah jiwa” ini? Ada-ada saja! Jangan dulu coba menelaah apa yang aku maksudkan. Bersabarlah sejenak karena dengan bersabar kau akan disayang oleh Tuhan. Setengah Jiwa (Annas Surdyanto) Setengah Jiwa (Annas Surdyanto)
Setengah jiwa adalah menjalani sesuatu tidak dengan keseluruhan hati, akal, pikiran, dan mental. Kesemua itu tidak bisa dipisahkan karena itu akan berpengaruh pada konsentrasi dan kekuatan mental dan semua itu harus terpadu dalam satu waktu untuk terus dapat istiqomah dalam satu tujuan. Biasanya orang yang bekerja dengan setengah jiwa adalah orang yang hidup dengan aktifitas yang terlalu banyak atau hidup dalam masalah yang tak terkendali.
Sungguh berjalannya waktu hingga umurku yang sudah ¼ abad ini meletakan adanya penyesalan pada diriku dan memberikan pertanyaan “mengapa dulu tidak begini, begitu, dan lainnya?” Apa mau dibuat, penyesalanpun tak baik untuk terus dipikirkan. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki segala yang ada untuk dapat menempuh jalan yang ada di depan mata ini.
Tidak pernah terlintas pikiran olehku untuk berfokus pada satu saja hal yang aku sukai ataupun aku anggap penting, sehingga aku mempelajari terlalu banyak hal dengan konsentrasi yang terpecah-pecah, mental yang tak kokoh pada satu hal hingga menjadi lemah, dan waktu yang menjadi terbatas. Alhasil, itu semua berlalu begitu saja dan sudah pasti dengan hasil yang tidak maksimal. Itu adalah suatu hukum yang jelas bahwa tidak ada manusia yang mampu mengerjakan banyak hal dengan hasil yang sempurna. Maka dari itulah tidak ada satu perusahaan pun yang dioperasikan oleh satu orang karena seorang manager kelas wahid pun tak akan mampu bekerja sebagai public relation, sales marketing, graphic designer, dan hal lainnya seorang diri.
Ah, sudah terlalu tinggi rupanya pembahasan ini. Maaf, bila tak berkenan, silahkan tutup saja kalimat yang tidak patut ada itu dengan jemari ya... Ehm...
Baiklah, mari lanjutkan kembali penyesalan yang tak akan pernah bisa memutar kembali waktu milik Tuhan. :-)
Kini, ketika aku telah sibuk bekerja, aku tak lagi dapat menikmati potensi yang dulu pernah aku bangga-banggakan dan mungkin hanya meninggalkan karya yang jika itu bukan untuk orang lain, itu adalah untuk diriku. Hohoo...
Ada hikmah yang dapat dipetik dari realita ini bahwa jika seseorang ingin hidup dengan hal yang ia sukai, dengan kata lain menjadikan hobinya sebagai cita-citanya, maka baiknya telah ia pilih satu atau dua saja hal yang ia dapat menjalankan itu dengan sepenuh jiwanya sedini mungkin. Ya, sedini mungkin. Jangan biarkan satu jiwa yang utuh terpecah kepada banyak hal yang hanya akan menjadikannya sia-sia.
Dan perlu disadari bahwa tak jarang yang memecah keutuhan jiwa seseorang adalah arahan dari orang lain untuk menjalani sesuatu yang ia tidak menyukainya. Orang anggap ini dan itu sesuai dengan diri kita padahal itu adalah semu dan tidak lah bermanfaat pada hari yang akan datang. Dan sedikit aku ingin jujur pada fakta yang kulihat bahwa terlalu banyak orang yang salah mengarahkan kegemaran anaknya yang akhirnya berujung pada proses yang salah dan bahkan hasil yang palsu. Tak jarang mahasiswa yang melenceng ataupun terhenti dari proses kuliah akibat dari penjurusan yang tidak tepat. Tak sedikit juga orang yang terjerumus ke pergaulan yang semu dikarenakan ia tidak mendapati hal yang ia sukai.
Jangan dipikirkan terlalu dalam apa yang kutulis ini, karena ini hanya kata-kata yang datang dari penyesalan. Lakukanlah yang terbaik untuk dirimu dan orang lain, untuk anak-anakmu dan anak-anak orang lain, serta untuk keluargamu dan keluarga milik orang lain.
Kembali terbang rupanya jemari ini ya.. maaf... maaf...
Sekian dulu ceritaku ya, semoga ada manfaat yang menyentuh dan bila ada yang tidak patut, silahkan dihapus sendiri ya (kalau bisa).. hahaa Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

This writing is property and copyright of Annas Surdyanto
Provided for educational purpose only.
Copyright © 2015 annasta.com















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Prosedur Pembuatan SIM C

Bianca: Antara Kemenangan dan Keikhlasan

???