Postingan

Kembalikan Kami (Lagu untuk Bencana Gempa di Padang 2009)

Sebuah lagu religi yang bisa saya persembahkan tahun ini. “Kembalikan Kami” tembang untuk Bencana Gempa di Padang 30 September 2009 silam. Instruments: Keyboard, orchestra, angklung, violin, bedug masjid. Ini pertama kali saya coba kombinasikan suara BEDUG MASJID dengan ANGKLUNG dalam sebuah lagu. Sebenarnya saya ingin Pelangi (penyanyi favorit saya di Al Biruni Blue) yang menyanyikan lagu ini, namun sayang keadaan belum memungkinkan. Lirik Lambayan tangan ketakberdayaan Merogoh hati yang tengah terpana Alam yang jenuhkan tingkah kita Dia tegur haruskan kita menangis Ikrar terucap dalam kehancuran Balut mengingat tulus artikan ayat Salam nabi… Aku berdoa, oh Tuhan baikkan kami Tanpa nabi… Aku berharap oh Tuhan kembalikan kami Pada jalan yang kau tunjukkan Pada arah yang kau tiupkan Pada ayat yang kau turunkan Pada janji yang terlupakan Ampuni kami tinggalkan ayatmu dan dosa tak mampu sadarkan kami Ampuni kami lupakan hadit

Langkah Setengah Jiwa

Gambar
Assalaamu’alaikum Wr. Wb. Lama sudah aku tidak menulis. Mungkin telah jauh kini teman pembaca yang dahulu pernah menanyakan “kapan ada tulisan lagi?”, atau pembaca yang dahulu pernah berkomentar “tulisan apa nih, aneh-aneh aja!” Mungkin mereka semua telah sibuk dengan dunia yang lain, atau mungkin berpindah ke media sosial lain seperti path, instagram , atau mungkin friendster . Eh... Entah apa aku ini, sangat tidak tegak dalam berdiri pada jalan yang kutempuh sendiri, sebentar belok ke kiri, sebentar belok ke kanan. Tak tahu arah diri ini kemana seharusnya langkah kaki berada dan melangkah, hingga akhirnya waktu milik Tuhan yang ternyata menjawab apa sebenarnya diri ini. Aku hendak ceritakan sedikit dilema yang ada hingga aku tersesat kesana dan kesini sebab terlena pada kecintaan pada setiap hal yang aku lihat menarik. Aku suka menulis, bermain musik, bernyanyi, sound engineering, recording , dan aku juga senang mempelajari ilmu komputer, tapi aku juga tak ingin lemah dalam

15 Tahun Berhutang Ayat Tuhan

Gambar
Puji syukur kehadirat Tuhanku yang Maha Agung yang masih mengizinkan aku hidup hingga detik ini. Hidup dengan disemayami hutang selama hampir 15 tahun lamanya bukanlah suatu kebanggaan yang nyata ataupun fana. Siapapun tidak akan tenang hidup dengan mengemban hutang, terlebih hutang itu melilit selama lebih dari 10 tahun. Ini bukanlah tentang hutang yang berbentuk uang, karena 15 tahun lalu aku hanyalah seorang pelajar tingkat 6 sekolah dasar terhitung dari detik aku menulis kisah ini. Adalah hal yang tidak wajar apabila aku berhutang uang sejak masa kecilku hingga kini. Namun, bagaimanapun bentuknya, hutang adalah hutang yang harus kubayar sekalipun orang yang kuberhutang padanya tidak menagihnya kepadaku. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar dulu, ayah sering menyuruhku untuk sholat berjamaah di masjid. Karena ayahku sibuk dan jarang ada di rumah, maka perintah itu aku emban tanpa kontrol hingga sholat maghrib adalah satu-satunya waktu favoritku untuk menjalankan perintah

Hasbi Rabbi

Instrumen: piano, angklung, ensemble string, violin, contrabass, drum, bell (finger bell). Hasbi Rabbi jallallah Ma fii qolbi ghoirullah ‘Alal haadi sholallah Laa ilaa ha illallah Kayfa haa li yaa ilahi? Laysa lii khoirul ‘amaal Suu u a’maali katsiir Zaa da thoo’ati qoliil Imhuyaa robbi dzunubii Mitslu romlilal tul’aan Wa’fu’anni kulla dzambii Washfahyii shohhal jaaliil Streaming: https://soundcloud.com/annas13/hasbi-rabbi Download & streaming: http://www.reverbnation.com/annasta/song/22730902-hasbi-rabbi Alhamdulillah, lagu ini selesai di luar target. 20 Januari 2015 tepat pukul 3.50 WIB lagu ini 100% rendered. Semoga bisa menjadi hiasan perenung. Aamiin. Thanks untuk Robby Adi M. & Aziz Baskoro sudah bersedia mengisi choir di lagu ini. Similar song: Annabi Shollu 'Alaih Streaming: https://soundcloud.com/annas13/annabi-shollu-alaih Download & streaming: http://www.reverbnation.com/annasta/song/21155752-annabi-shollu-alaih-new-ve

Bianca: Antara Kemenangan dan Keikhlasan

Gambar
23 September 2013, hari itu adalah senin yang cerah di mana siswa-siswi SD Nizamia mulai berlomba-lomba menabung dalam rangka mempersiapkan datangnya hari raya Idul Adha yang tinggal satu bulan lagi. Tabungan itu dikumpulkan perkelas dan akan dilihat kelas apa yang paling besar infaqnya. Setiap hari, hasil perolehan infaq perkelas diumumkan di mading gedung paling depan sekolah ini. Mereka sangat bersemangat menabung. Entah apa yang membuat mereka begitu bersemangat menabung, mungkin itu karena hewan qurban adalah bentuk amal yang paling nyata terlihat bentuk dan rasanya namun, dibalik segala perkiraan yang meragukan itu terdapat sebuah ilmu yang mungkin orang dewasa pun belum mampu menguasainya. Apakah itu? Sungguh ini adalah sebuah pelajaran yang patut dicerminkan pada apa-apa yang kita lakukan dan amalkan. Tepat pukul 16.00, aku keluar dari gedung depan sekolah untuk pulang ke rumah. Belum jauh aku meninggalkan pintu gedung putih itu, terdengar percakapan dua siswa kelas

Cahaya di atas Cahaya

Salam, Di tengah carut marut kepala yang disebabkan oleh tugas akhir (tesis), aku teringat lagu yang 2 tahun lalu kuciptakan. Lagu ini sering kuputar karena cukup menguatkan mental dan hati ini. Wajar saja, lagu ini mengadopsi surah An-Nuur: 35. Cahaya di atas Cahaya judulnya, kalau diterjemahkan ke bahasa Arab judulnya memang persis seperti sebuah ungkapan yang menggambarkan Zat Yang Maha Agung, yaitu Nuurun ‘alaa Nuur. Maknanya kurang lebih adalah bahwa Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi, pembimbing dan pemberi petunjuk bagi siapa saja yang ia kehendaki, ia yang mengatur segala urusan yang ada di langit dan di bumi. Ya kurang lebih seperti itulah makna tersirat dari kata cahaya itu. Curhat sedikit ya? Cukup sulit berjalan pada jalan yang lurus, terkadang terbentur oleh keadaan yang menyaratkan seseorang untuk berkata yang bukan pada fakta, terkadang keadaan itu seakan memaksa seseorang untuk keluar dari jalan yang benar, dan faktanya kali ini, keadaan memaksaku

Senyum Sahabat

Gambar
Sempat bersikeras untuk berhenti berkarya dalam bentuk lagu karena prosesnya yang rumit dan menyita banyak waktu, aku menguatkan niatku itu dengan membuat lagu “Tak Ingin Merindu” dan membuat video klip dengan konsep in memoriam karena kupikir aku tidak akan menciptakan lagu lagi. Tapi ternyata keadaan berkata lain, sebuah persahabatan, kami namakan itu Panci Penyok, persahabatan yang berumur 2 bulan ini harus menerpa perpisahan dan itu membuatku menggalau cukup dalam. Aku mencoba menahan diri namun, ketika aku dalam waktu senggang bersama gitarku, ternyata benak ini tidak lagi tertahan dan alunan lagu untuk rindu akan persahabatan ini pun tercipta. Aku memiliki sedikit rekaman tentang curhat kami saat perpisahan di Pulau Untung Jawa. Dialog ini adalah hasil rekaman pada saat curhat, walaupun sebagian adalah dari hasil rekam ulang karena suara yang perlu diperjelas. Lagu ini, mungkin terkesan aneh, karena cukup banyak terdapat dialog di dalamnya tapi, apapun itu, inilah lagunya.